![]() |
M. Defa Khinza dan team foto bersama usai menjuarai Yamaha Cup Race (YCR) di Pekanbaru, Riau, Minggu 18 Mei 2025. Foto : Ist |
Suaradiksi.com. Lhokseumawe – Di tengah deru mesin dan panasnya persaingan di lintasan balap, muncul sosok pembalap muda yang tak hanya piawai menaklukkan tikungan, tapi juga khatam menelusuri ayat demi ayat kitab suci Al-Qur'an.
Dialah M. Defa Khinza, anak muda asal Aceh yang menyita perhatian publik setelah meraih podium juara di ajang bergengsi Yamaha Cup Race (YCR) 2025 Seri 1 di Pekanbaru pada 17 - 18 Mei 2025 lalu dari club Muzakkir Manaf Panglima Nanggroe Racing Team Aceh.
Namun di balik helm balap dan baju racing yang dikenakannya, Khinza menyimpan sisi lain yang tak kalah membanggakan. Ia adalah seorang santri hafizh Al-Qur'an.
Khinza, yang lahir di Lhokseumawe pada 26 Juni 2010, merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Ia dibesarkan dalam lingkungan yang memadukan nilai-nilai spiritual dan semangat kompetitif. Sang ayah, Dedek Buloh Blang Ara (BBA) dikenal sebagai mantan pembalap Aceh yang aktif di dunia balap pada periode 1997 hingga 2006 menjadi inspirasi sekaligus mentor utama di dunia balap. Sementara ibunya, Icut, menanamkan nilai-nilai religius dan disiplin sejak dini.
Saat ini, Khinza menempuh pendidikan di Mons Private, Gunung Kidul, Yogyakarta. Di usia belia, ia sudah berhasil menghafal sepuluh juz Al-Qur'an sambil tetap aktif mengikuti kejuaraan balap motor di berbagai daerah.
“Balapan itu soal fokus, keberanian, dan kecepatan. Tapi menghafal Al-Qur’an juga perlu ketekunan, ketenangan hati, dan disiplin. Dua-duanya saya pelajari dengan serius,” ujar Khinza dalam sebuah wawancara singkat di Lhokseumawe, Senin 26 Mei 2025.
![]() |
M. Defa Khinza memacu kendaraan saat mengikuti ajang bergengsi Yamaha Cup Race (YCR) 2025 Seri 1 di Pekanbaru |
Prestasi di lintasan tak membuatnya melupakan kewajibannya sebagai santri. Bahkan di sela-sela latihan atau saat menunggu jadwal race, Khinza kerap terlihat murajaah hafalan dengan mushaf kecil yang selalu ia bawa. Kebiasaan inilah yang membuatnya semakin dikenal bukan hanya karena prestasi, tetapi juga karena keteladanannya.
Pencapaian Khinza menjadi bukti bahwa semangat dan dedikasi bisa bersinar di mana saja, baik di sirkuit yang bising maupun dalam kesunyian musholla. Ia telah menunjukkan kepada banyak anak muda bahwa menjadi pembalap tidak harus jauh dari nilai-nilai agama.
Ke depan, Khinza bercita-cita untuk terus mengejar prestasi di dunia balap profesional sambil tetap menjaga hafalan Qur'annya. Dengan dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan yang positif, bukan tidak mungkin namanya akan terus melambung, menjadi inspirasi generasi baru yang religius dan berprestasi.
Tangisan Haru Sang Ayah
Tangisan haru pun pecah dari wajah sang ayah, Dedek BBA, sesaat setelah nama Khinza diumumkan sebagai juara pada ajang Yamaha Cup Race (YCR) 2025 Seri 1 di Pekanbaru. Di tengah riuh tepuk tangan penonton dan suara bising mesin motor, Dedek BBA tak kuasa menahan air mata melihat putra sulungnya mengangkat piala kemenangan di atas podium tertinggi.
Bagi Dedek, momen itu lebih dari sekadar kemenangan dalam sebuah perlombaan. Itu adalah pencapaian emosional yang membayar lunas segala perjuangan, kerja keras, dan doa yang selama ini dipanjatkan.
Dalam pelukannya, ia membisikkan doa dan rasa syukur, bukan hanya karena Khinza berhasil menjuarai balapan, tapi karena sang anak tetap menjaga jati dirinya sebagai hafizh Qur’an di tengah dunia yang keras dan kompetitif.
“Saya dulu balapan untuk mengejar mimpi. Hari ini, saya melihat mimpi itu dilanjutkan oleh anak saya, tapi dengan cahaya yang lebih indah, karena dia juga membawa Al-Qur’an dalam hatinya,” ujar Dedek sambil mengusap air mata yang tak mampu ia bendung.
Momen haru itu menjadi simbol keberhasilan sebuah pendidikan yang seimbang antara dunia dan akhirat, antara prestasi dan iman. Khinza tak hanya membanggakan keluarga sebagai juara, tapi juga sebagai pribadi yang menjaga nilai-nilai luhur di setiap langkahnya.