Suaradiksi.com. Lhokseumawe – Dalam upaya melestarikan seni musik tradisional Aceh, khususnya Rapai Uroh, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe melalui Bidang Kebudayaan menggelar kegiatan Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Koleksi Secara Terpadu.
Acara yang bertema Kajian Alat Musik Rapai Uroh tersebut berlangsung selama dua hari, mulai Sabtu (14/12) hingga Minggu (15/12), di dua lokasi, yaitu Hotel Lido Graha dan Museum Kota Lhokseumawe, yang juga menjadi tempat penutupan kegiatan.
Sebanyak 48 peserta yang berasal dari komunitas Rapai Uroh se-Kota Lhokseumawe hadir dalam acara ini.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe, Sofian, S.Pd., diwakili oleh Kabid Kebudayaan, Asep Rahmat Mulyana, S.Sos., membuka acara sekaligus menyampaikan laporan Ketua Panitia. Dalam sambutannya, Asep menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan seni tradisional Rapai Uroh dan memperkenalkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda.
"Kegiatan ini diharapkan dapat menjaga eksistensi seni tradisional Rapai Uroh di tengah arus modernisasi serta memberikan pemahaman kepada generasi muda tentang sejarah dan nilai budaya yang terkandung dalam alat musik ini," ujar Asep.
Sesi Diskusi dan Kajian Seni
Hari pertama kegiatan menghadirkan tiga narasumber kompeten, yaitu Muhammad Yasir, penasihat Komunitas Rapai Uroh Kota Lhokseumawe, Tgk. Samsul Bahri dan Tarmizi Damhuri, S.Pd. Diskusi tersebut membahas sejarah, perkembangan, serta cara melestarikan alat musik Rapai Uroh.
Sesi ini dipandu oleh moderator Faisal alias Raja, yang juga Geuchik Paloh Pineung, bersama Muslem alias Cek Adi.
Muhammad Yasir menekankan pentingnya menjaga kesinambungan tradisi Rapai Uroh di tengah masyarakat, sementara Tgk. Samsul Bahri dan Tarmizi Damhuri menggarisbawahi nilai-nilai budaya yang terkandung dalam musik ini serta tantangan yang dihadapi di era modern.
Pembentukan Struktur Komunitas Rapai Uroh
Sebelum sesi diskusi dimulai, forum digunakan untuk mempererat solidaritas antar anggota komunitas. Secara aklamasi, Mansur ditunjuk sebagai Ketua Komunitas Rapai Uroh Kota Lhokseumawe, dengan Mustajab, Jamaluddin Risyad, dan Abdullah masing-masing dipercaya sebagai ketua komunitas di tingkat kecamatan Blang Mangat, Muara Dua, dan Muara Satu.
Harapan untuk Pelestarian Seni Tradisional
Acara ini ditutup pada hari kedua di Museum Kota Lhokseumawe dengan diskusi lanjutan yang bertujuan merumuskan strategi pelestarian seni Rapai Uroh.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe berharap kegiatan ini dapat menjadi langkah awal memperkuat solidaritas komunitas seni tradisional sekaligus menjaga kelangsungan seni budaya di Kota Lhokseumawe.
Sumber : Bidik indonesia