![]() |
Tapak kaki anak gajah saat memasuki pemukiman warga di Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, Senin 2 September 2024. Foto : Ist |
Suaradiksi.com Aceh Barat - Gajah liar kembali memasuki pemukiman warga di tiga desa di Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat pada Senin 2 September 2024.
Peristiwa masuknya gajah liar ke Desa Lango, Desa Canggai dan Desa Lawet tersebut mengakibatkan warga setempat menjadi khawatir.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat, Teuku Ronald Nehdiansyah, membenarkan kejadian tersebut, kondisi masuknya gajah ke pemukiman warga sudah mulai terjadi beberapa hari yang lalu.
"Sudah diturunkan Tim Wildlife Responsive Unit (WRU) untuk merespon interaksi gajah, pada Minggu yang lalu Tim WRU BPBD juga sudah melakukan penanganan dengan cara penghalauan dan memastikan gajah sudah menjauh dari area pemukiman," ujar Teuku Ronald Nehdiansyah, Selasa 3 September 2024.
Namun, kata Teuku Ronald Nehdiansyah, gajah tetap kembali mendekati pemukiman saat petugas WRU tidak lagi berada di lokasi.
"Kita sudah coba menghalau gajah sampai ke wilayah yang kita yakini menjadi koridor migrasinya, namun kawanan hewan mamalia besar itu tetap tidak melanjutkan perjalanan migrasinya,"kata Teuku Ronald Nehdiansyah.
Dikatakannya, pihaknya meyakini hal tersebut dikarenakan kawanan gajah memiliki anak gajah yang baru lahir. Dimana hasil pemantauan Tim WRU BPBD, terdapat tapak gajah berukuran kurang dari 30 sentimeter. "Biasanya itu ukuran kaki gajah yang baru lahir,"kata Teuku Ronald Nehdiansyah menjelaskan.
Hal tersebut, kata dia, diperkuat dengan informasi dari masyarakat yang melihat langsung bahwa terdapat satu ekor gajah berukuran kecil, dimana gajah tersebut belum memiliki kemampuan berjalan dengan baik sehingga tidak mampu melanjutkan migrasi pada koridornya.
"Inilah yang diyakini mempengaruhi kondisi interaksi berulang di kawasan tiga desa di Kecamatan Pante Ceureumen,"katanya.
Ia mengatakan, saat ini tim WRU BPBD sedang melanjutkan proses penanganan interaksi di Gampong Lawet sejak Senin kemarin, dengan cara melakukan aksi penghalauan. "Intinya kita mencoba memastikan agar gajah tidak merusak pemukiman, sawah dan rumah warga,"imbuhnya.
Atas kondisi interaksi yang sudah terjadi beberapa bulan terakhir dan terus meningkat, kata dia, pihaknya menyimpulkan bahwa penanganan konflik gajah ini memang harus dilakukan secara preventif dan permanen.
"Karena pola-pola penghalauan secara darurat dikhawatirkan akan menimbulkan reaksi agresif dari satwa liar dilindungi itu, mengingat kawanan ini memang memiliki faktor yang menghambat migrasi ke wilayah lain,"tutup Teuku Ronald Nehdiansyah mengakhiri. (Suaradiksi/Alfianpasee)